Parpol Baru Berebut Suara Mengambang

Jawa Pos, 16 Desember 2003

Mulyana: Hanya PKS Yang Dapat Suara Signifikan

Logo_6_Jawa_PosJAKARTA – Pengamat politik Arbi Sanit memprediksikan, parpol-parpol baru yang relatif kecil sulit mendapatkan suara yang cukup signifikan dalam Pemilu 2004. Menurut dia, 70 persen suara pemilih pada Pemilu 2004 masih akan dikuasai parpol besar. Parpol kecil alias parpol gurem hanya berebut 20 sampai 30 persen suara mengambang.

„Perolehan suara pada Pemilu 2004 masih akan dikuasai partai lama dan besar. Sebab, politik aliran masih kuat dan dikukuhkan kembali oleh partai besar sejak Pemilu 1999,“ jelasnya saat tampil sebagai pembicara dalam seminar Political Economic Outlook 2004 yang diselenggarakan LKBN Antara di Jakarta kemarin.

Menurut Arbi, sekitar 70 persen suara tersebut merupakan massa pemilih tetap yang setia pada politik aliran yang mengandalkan kepemimpinan tradisional, patronalisme, dan primordialisme. Partai besar yang akan kembali menguasai suara, antara lain, PDIP, Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, PKB, dan Partai Bulan Bintang. Artinya, pemerintahan tahun depan pun diperkirakan tidak akan banyak berubah.

Lantas, bagaimana nasib parpol gurem? „Mereka jangan bermimpi terlalu jauh, sebaiknya berkonsentrasi untuk menggarap dan memperebutkan 20-30 persen suara mengambang,“ tegasnya.

Meski demikian, Arbi menambahkan, jika politik uang merajalela, tidak menutup kemungkinan partai kecil dan partai baru akan menang. Misalnya, Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) yang mencalonkan Tutut menjadi calon presiden. Sebab, diperkirakan putri mantan Presiden Soeharto itu memiliki dana yang besar.

„Loyalitas ideologi dan agama pun bisa dibeli dengan uang. Undang-undang tidak mengatur soal penggunaan uang yang boleh dibelanjakan partai dalam pemilu,“ tegas Arbi.

Anggota KPU Mulyana W. Kusumah juga berpendapat sama. Menurut dia, partai politik (parpol) baru diprediksikan hanya bisa merebut sekitar 15 persen suara pada Pemilu 2004. Sebab, 85 persen suara pemilih diperkirakan masih berfluktuasi di enam parpol besar.

„Keenam parpol besar tersebut adalah PDIP, Partai Golkar, PKB, PPP, PAN, dan PBB,“ katanya dalam diskusi dan peluncuran buku Kisah Mini Sistem Kepartaian karya Mulyana dan Pipit R. Kertanegara di Hotel Acacia, Jakarta, kemarin.

Dia juga memprediksikan, satu-satunya parpol yang mampu bersaing dengan enam parpol besar memperebutkan 85 persen suara adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pimpinan Hidayat Nurwahid. Mulyana beralasan, selain memiliki citra partai yang baik, PKS sudah terhitung sebagai parpol yang memiliki suara signifikan pada Pemilu 1999.

Prediksi Mulyana yang menempatkan PKS sebagai parpol alternatif yang akan bersaing pesat dengan enam parpol besar tersebut diperkuat anggota KPU 1999 Adnan Buyung Nasution. Malahan, dia terang-terangan memuji sistem kepartaian yang dimiliki PKS. Dia menyebutkan, satu-satunya partai baru yang ikut Pemilu 1999 dan memiliki sistem kaderisasi serta organisasi yang apik adalah PKS.

„Selain pengurusnya masih muda-muda, pendidikan politik dan sistem kaderisasinya sangat rapi. Itu merupakan contoh partai yang baik,“ ungkap Buyung yang juga tampil sebagai pembicara. (azh)

Jawa Pos, 16 Desember 2003

Parpol Baru Berebut Suara Mengambang

Mulyana: Hanya PKS Yang Dapat Suara Signifikan JAKARTA – Pengamat politik Arbi Sanit memprediksikan, parpol-parpol baru yang relatif kecil sulit mendapatkan suara yang cukup signifikan dalam Pemilu 2004. Menurut dia, 70 persen suara pemilih pada Pemilu 2004 masih akan dikuasai parpol besar. Parpol kecil alias parpol gurem hanya berebut 20 sampai 30 persen suara mengambang.

„Perolehan suara pada Pemilu 2004 masih akan dikuasai partai lama dan besar. Sebab, politik aliran masih kuat dan dikukuhkan kembali oleh partai besar sejak Pemilu 1999,“ jelasnya saat tampil sebagai pembicara dalam seminar Political Economic Outlook 2004 yang diselenggarakan LKBN Antara di Jakarta kemarin.

Menurut Arbi, sekitar 70 persen suara tersebut merupakan massa pemilih tetap yang setia pada politik aliran yang mengandalkan kepemimpinan tradisional, patronalisme, dan primordialisme. Partai besar yang akan kembali menguasai suara, antara lain, PDIP, Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, PKB, dan Partai Bulan Bintang. Artinya, pemerintahan tahun depan pun diperkirakan tidak akan banyak berubah.

Lantas, bagaimana nasib parpol gurem? „Mereka jangan bermimpi terlalu jauh, sebaiknya berkonsentrasi untuk menggarap dan memperebutkan 20-30 persen suara mengambang,“ tegasnya.

Meski demikian, Arbi menambahkan, jika politik uang merajalela, tidak menutup kemungkinan partai kecil dan partai baru akan menang. Misalnya, Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) yang mencalonkan Tutut menjadi calon presiden. Sebab, diperkirakan putri mantan Presiden Soeharto itu memiliki dana yang besar.

„Loyalitas ideologi dan agama pun bisa dibeli dengan uang. Undang-undang tidak mengatur soal penggunaan uang yang boleh dibelanjakan partai dalam pemilu,“ tegas Arbi.

Anggota KPU Mulyana W. Kusumah juga berpendapat sama. Menurut dia, partai politik (parpol) baru diprediksikan hanya bisa merebut sekitar 15 persen suara pada Pemilu 2004. Sebab, 85 persen suara pemilih diperkirakan masih berfluktuasi di enam parpol besar.

„Keenam parpol besar tersebut adalah PDIP, Partai Golkar, PKB, PPP, PAN, dan PBB,“ katanya dalam diskusi dan peluncuran buku Kisah Mini Sistem Kepartaian karya Mulyana dan Pipit R. Kertanegara di Hotel Acacia, Jakarta, kemarin.

Dia juga memprediksikan, satu-satunya parpol yang mampu bersaing dengan enam parpol besar memperebutkan 85 persen suara adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pimpinan Hidayat Nurwahid. Mulyana beralasan, selain memiliki citra partai yang baik, PKS sudah terhitung sebagai parpol yang memiliki suara signifikan pada Pemilu 1999.

Prediksi Mulyana yang menempatkan PKS sebagai parpol alternatif yang akan bersaing pesat dengan enam parpol besar tersebut diperkuat anggota KPU 1999 Adnan Buyung Nasution. Malahan, dia terang-terangan memuji sistem kepartaian yang dimiliki PKS. Dia menyebutkan, satu-satunya partai baru yang ikut Pemilu 1999 dan memiliki sistem kaderisasi serta organisasi yang apik adalah PKS.

„Selain pengurusnya masih muda-muda, pendidikan politik dan sistem kaderisasinya sangat rapi. Itu merupakan contoh partai yang baik,“ ungkap Buyung yang juga tampil sebagai pembicara. (azh)


Tags: , , , ,


Share

Aksi!


Hutan Hujan Bukan Minyak Sawit



Petisi



Menyusul kami