Pelet coattail dan santet cocktail Jokowi

Merdeka.com, 24 Maret 2014

http://www.merdeka.com/khas/pelet-coattail-dan-santet-cocktail-jokowi-kolom-sableng.html
 

Kolom Sableng

Reporter: Pipit Kartawidjaja

 Merdeka.com-logo2Merdeka.com – Bisik Eyang Wikipedia: “The coattail effect is the tendency for a popular political party leader to attract votes for other candidates of the same party in an election. For example, in the United States, the party of a victorious presidential candidate will often win many seats in Congress as well; these congressmen are voted into office “on the coattails” of the president”.

Pelet coattail ini banyak bermanfaat dalam presidencialismo de coalizao aliasnya parlementarisasi presidensialisme di Amerika Latin, di mana presiden berlegislative power (misalnya membuat RUU) dan perlu dukungan parlemen yang uni atau bikameral. Maujudan pelet coattail ini jika pilpres (pemilihan presiden) dan pileg (pemilihan umum legislatif) nasional diselenggarakan serentak.

Alasan: umumnya para pemilih, lintas budaya dan buayanya, nyoblos capres dan sekaligus partainya. Sehingga partai presiden berpeluang meraup kursi secara dominan di parlemen demi memudahkan perkongsian dan sekaligus menyederhanakan sistem kepartaian dalam parlemen.

Adapun keserantakan itu sendiri, begitu sabda Eyang Detlef Nolte, Eyang Mark Payne, Eyang Daniel Zovatto, Eyang Carrillo Florez dan Eyang Andres Allamand Zander, ada beragam. Umpamanya keserentakan hari penyelenggaraan pilpres dan pileg. Atau menyatunya coblosan buat presiden dan partainya dalam satu kertas suara. Atau lewat satu suara saja, langsung memilih presiden dan partai. Maka sabda para Eyang tersebut, makin tinggi tingkat simultanitas pemilu (pileg dan pilpres), kian aduhai pula pengaruh pilpres terhadap pileg.

Meski buat tahun 2014 ini pileg dan pilpres terpisah, pelet coattail ini hendak dimanfaatkan oleh PDIP dengan diblusukannya Jokowi nyapres. Maunya seterang benderangnya terik matahari.

Terawangannya? Pelet coattail ini kerap dilumpuhkan oleh santetnya proporsional daftar terbuka suara terbanyak seperti di Brasil. Biar popularitas Presidente Lula da Silva sangat nJokowi di Brasil, tapi dalam pemilu yang serentak itu, partainya Partido dos Trabalhadores (PT) hanya sanggup merenggut 18 persen kursi di Camara dos Deputados (DPR Brazil) 2002. Alias gak dominan.

Begitu juga Presidenta Dilma Rousseff: partainya PT cuma berhasil menduduki 17 persen kursi Camara dos Deputados 2010. Akibatnya, keduanya mesti blusukin banyak partai, demi legislative power harus berpoker. Pelet coattailnya mandul. Para pemilih lebih menggandrungi blusukannya para caleg berupa cocktail angpau, gigi palsu, kondom dan sejenisnya. Alih-alih coattail effect, yang blusukan justru efek cocktail, baik dalam pembentukan kabinet maupun perkoalisian di parlemen. Catatan: Ya to, Jokowi, seperti yang dimuat merdeka.com saza ada ngomong, bahwa “kalau kita menang mutlak maka presiden akan gampang ngatur program pembangunan. Tapi kalau menang tipis susah. Karena nanti pasti ada tawar menawar, ada transaksi, PDI-P tidak mau seperti itu”.

Maka, dari sisi ini, PDIP patut mewaspadai santet cocktail-nya proporsional daftar terbuka suara terbanyak terhadap pelet coattailnya Jokowi, agar coattail itu gak maujud sebagai cock-taik.

Pasalnya, persaingan ketat antar caleg PDIP itu membikin para caleg beringas bak kebablasan bercocktail, mblusukin rekan calegnya, seperti melarang berkampanye di wilayah caleg saingannya. Mungkin akibat aura perjuangan tail-nya PDIP. Coba kalau tail-nya itu PDI-P(erdamaian), diduga pertarungan cock-taik antar caleg dalam tubuh PDI-P bisa dijinakkan sama coattailnya Jokowi.

Pun pula, 9/4/2014 itu berangka sukar, disebut bintang penyakit. Lantas, hari itu adalah hari Rabu Pon, berwuku Tolu, berwatak suka marah kepada keluarganya, demen membuat perkara, angkuh dan susah dilayani kemauannya. Pada saat wukunya berjalan selama 7 hari, sebaiknya Jokowi menghindari blusukan ke arah Barat Laut.

Agar gak mBarat Laut, menjelang pemilu, bagusnya sudah mbludus di Aceh, terus blusukan ke arah Timur, Timur Laut atau Tenggara. Gak lupa bersesajen nasi uduk dan berlaukan ayam dilembaran demi menolak kutukan wuku hari pileg itu.

Bahwa bila pelet coattailnya Jokowi itu manjur menundukkan santet cocktail proporsional daftar terbuka suara terbanyak lalu membikin PDIP menggurita, maka sebab gak serentaknya pileg dan pilpres, diharapkan agar nyapresnya Jokowi itu gak diblusukin oleh capres yang sesungguhnya sudah lama ada ngidam..


Tags: , , ,


Share

Aksi!


Hutan Hujan Bukan Minyak Sawit



Petisi



Menyusul kami