Angpau, gigi palsu, dan viagra

Merdeka.com, 22 November 2013

http://www.merdeka.com/khas/angpau-gigi-palsu-dan-viagra-kolom-sableng.html
 

Kolom Sableng

Reporter: Pipit Kartawidjaja

Merdeka.com-logo2 Merdeka.com – Sesepuh Perguruan Sabdo Pemilu Perludem, Ki Supriyanto, bersabda, bahwa jual beli suara dalam pemilu legislatif 2009 itu lebih manggila ketimbang pemilu-pemilu sebelumnya. “Setiap penduduk menerima uang paling tidak tiga kali: pertama, dari caleg yang nilainya berbeda-beda; kedua, dari partainya masing-masing; ketiga, dari satu partai yang membagikan uang kepada penduduk se-desa, tak peduli apakah orang itu anggota, simpatisan atau bukan.”

Sebelumnya, dalam “Pemilu 2004, uang tak hanya dibagikan kepada mereka yang ikut kampanye, tetapi juga mereka yang dianggap sebagai anggota atau simpatisan partai. Seperti tali pengikat, satu orang dapat uang dari satu partai. Pemberian dilakukan oleh masing-masing partai besar.”

Dan pra sebelumnya, dalam “Pemilu 1999 ada bagi-bagi uang tetapi tidak sebanyak yang dilakukan Golkar pada zaman Orde Baru. Ya sekadar uang ganti ongkos kampanye.”

Biar begitu, uang gak menjamin buat terpilih. Surveian CSIS untuk pemilu 2009, bisik Ki Supriyanto, hanya 15% orang yang menerima uang akan memberikan suaranya kepada pemberi uang. Lainnya, tetap memilih berdasarkan pilihan hatinya.

Kasihan banget yang bagi-bagi angpau. Lagian, dari pemilu pra sebelumnya sampai pasca sebelumnya, gak ada perkembangan. Gak ada kembangannya. Oleh sebab itu, sudilah berstudi banding ngalab wangsit di Amerika Latin.

Dalam pemilu legislativa Kolombia Maret 2010 misalnya, Ki La Semana menuturkan, harga satu suara itu tergantung pada daerah: di departemento (setara provinsi) Bolivar mencapai 50.000 Peso Colombiano (Rp 300.000), Bogota dan Cali antara 20 s/d 30.000 Peso, di perkotaan sedengan besarnya kira-kira 15.000 Peso.

Umumnya, urusan fulus ini gak ditangani langsung oleh para calon legislator (caleg), tapi oleh capitanes, yang baru muncul tahun 2007, semasa pemilu legislativo di ibu kota, Bogota. Berdasar Ki La Semana, para capitanes bersaing memperebutkan caleg pengupah terciamik. Begitu juga sebaliknya, para caleg bersaing merekrut capitanes tertangkas memulung suara.

Capitanes ngendusin mangsanya, nyocokin daftar pemilihnya dengan identitas, alamat dan daerah pemilihan (dapil). Doku dibayarkan dalam dua tahap. Biasanya, uang muka sebesar 30%. Bila seusai pemilu jumlah pemilih terdaftar sesuai dengan jumlah suara dalam satu dapil, barulah sang capitanes melunasi sisanya. Yang luar biasa hebatnya adalah setel fulus dirobek gaya Mafioso. Separoh sebagai uang muka, sisanya kalau gak berkhianat.

Dalam pilpres Meksiko 2012, selain angpow (rata-rata 500 Peso Mexicano alias Rp 450.000) atau bantuan peralatan pertanian, tunjangan sosial, bahan bangunan, kartu belanja pangan atau kartu tilpon, juga dilakukan ancaman dan intimidasi. Pada hari pencoblosan, pelor pestol-pestol berpartisipasi nyoblos 3 nyawa.

Maka, agar misalnya gak dikelabui atau tahu coblosannya pemilih, dalam pilpres itu, para pembeli suara dan intimidator menurunkan laskar anak-anak berusia 8 s/d 10 tahun. Tugasnya, mbuntutin pemilih masuk ke bilik suara. Laporannya dibisikkan kepada para jin Mexicano. Untuk satu suara, upahnya 100 s/d 200 Peso Mexicano (sekitar Rp 90.000-180.000).

Akal bulusannya para caleg Legislativo Brasileiro 2002 itu selihai gocekan permainan sepak bolanya. Di daerah pedalaman seperti di Amazona, iming-imingannya gak cuma sebatas pada uang, bahan bangunan, kacamata, beberapa pasang sandal plastik, tapi gigi palsu dan rebewes. Bahkan lebih dari itu: kaum perempuannya ditawari sterilisasian gratis dan kaum senior mendapatkan viagra cuma-cuma.

Buat Indonesia, sudah selayaknyalah jual beli suara gak cuma sebatas bagi-bagi uang, tapi lebih bervariasi macam di Latinoamerica. Maka, perekrutan capitanes dan anak-anak, doku disobek, gigi palsu dan viagra perlu dipertimbangkan. Dalam anak-anak, tuyul-tuyul lebih murah ongkosnya. Namun dalam hal viagra, sayangnya produk domestik, macam Pelet Kumbologo sang pembangkit Libido itu, harganya Rp 1 juta. Mungkin diskon bisa didapat, jika belinya untuk satu dapil. [tts]


Tags: , , , ,


Share

Aksi!


Hutan Hujan Bukan Minyak Sawit



Petisi



Menyusul kami