PKPI, Kuda penghela yang hambar

Merdeka.com, 04 April 2013

http://www.merdeka.com/khas/pkpi-kuda-penghela-yang-hambar.html

Penulis: Pipit Kartawidjaja

 

merdeka.com-logoBiar kecap Bang Yos, sapaannya Sutiyoso, “PKPI bukan partai kemarin sore”, lantaran “PKPI sudah mengikuti 3 kali pemilu”, tapi rasanya beraroma kemarin sorean.

Sayup-sayupnya PKPI, mungkin gara-gara maujudnya 9 September 2002, Senin Pon, hari jeblok, Kuda Virgo, kuda penghela hambar gak menarik. Juga, tiada bernafsu kuda. Apalagi, 9 September saingan ultahnya SBY.

Kisah kuda penghela hambar gak menarik patut dilirik. Awalnya, Partai Keadilan dan Persatuan (PKP), tanpa Indonesia. Besutannya eks Menhankam/Pangab Eddy Sudrajat, produk kue lapis Golkar. Lahir 15 Januari 1999, Jumat Kliwon, hari bagus, Macan Capricornus, macan perenung suka menyendiri. Syok berat nanggung koitnya Tiger Nation Orde Barusan.

Ucap wetonnya, wuku Medangkungan, dinaungi Bethara Besuki, acap berperkara. Wangsit wukunya, sial oleh keadaan, seperti nganumertanya Tiger Nation. Maka, macan perenung cuma ndomblongin 4 kursi DPR 1999. Perkara dan sialnya kebablas, kala macan perenung dipaksa bermimikri agar dapat berpemilu 2004. Di ekor PKP dikasih Indonesia. Dari WNA ke WNI. Pas nge-WNI, eee cuma nadah 1 kursi. Di DPR 2009 gak nampak batang hidungnya. Juga senyap hidung belangannya.

Bisa jadi, nasib kuda penghela hambar akan lain, bila kampanyenya kala itu tampil sebagai kuda lumping. Terkesankan, kuda penghela hambar itu pikun. “15 Januari lalu, usia PKPI 15 (tahun),” jeplak Bang Yos, ultah PKP ketuker PKPI.

Barangkali, itulah pasalnya, 2009 absen di DPR, lupa di mana DPR berada, kesasarnya di 211 kandang DPRD. Berposisi sialan, mau gak mau dimainkanlah tipu-tipu sekarat menggrogikan lawan. “Tak ada kata menyerah bagi PKPI,” Bang Yos kasih cuapan. Gelagatnya, PKPI mujuran tanpa I. Agaknya juga, Indonesia emoh kuda penghela hambar. Bahkan, di kota andong Yogyakarta pun, ditolak ngandang. Dikuatirkan merusak citra bangsa nan ramah dan menggembosi omset pariwisata.

Misterinya nasib PKPI pun akibat berwuku Sinta, diteduhi Bethara Yamadipati, dewa pencabut nyawa. Laknat wetonnya, sering berperkara. Jadi, baik macan perenung maupun kuda penghela hambar, terus ketiban perkara. Apesnya ndobel, yang meruwatnya pun dobel: Bawaslu dan PTUN.

Adapun alasan dipersulitnya PKPI berpemilu 2014 dobrosan KPU, antara lain melesetnya kuota keterwakilan perempuan dalam kepengurusan di tingkat daerah. Syarat beginian di pangkuan Bunda Pertiwi termasuk sukar. Umumnya, UU Pemilu mancanegara cuma mempersoalkan kuota caleg.

Di Eropa Barat, terkecuali Belgia, dan Eropa Timur tak dikenal. Sebaliknya di Amerika Latin, diberlakukan di 12 negara. Di Eropa Barat dan Eropa Timur jadi pekerjaan rumah partai. Diterapkan di 9 negara Eropa Barat. Kendala di Eropa Timur: tatanan masyarakat patriakhat dan religius beranggapan, rumah tangga itu tempatnya kaum feministyczny. Di Amerika Latin, sejak 1990-an terjadi peningkatan partisipasi para senora. Antara lain berkat pertumbuhan angkatan kerja buruh feminista: 20 persen (1970an) jadi 35 persen. Dan menyusutnya waktu mengurusi keluarga: beranak sampai 6 (1950-an) jadi cukup rata rata 3.

Sistem kepartaian dan pemilu dinilai penting buat mengatrol kaum perempuan. Afdol contohnya, sistem kepartaiannya melembaga. Kerap jatuh bangunnya partai di Eropa Timur mengambrul-adulkan keterwakilan. Lantas, yahutnya kuota dalam sistem proporsional daftar tertutup/tetap dan campuran macam di banyak negara Amerika Latin, Eropa Timur dan di Eropa Barat. Apalagi jika daftar caleg selang seling dan berdapil (daerah pemilihan) besar.

Sebaliknya, sistem proporsional daftar terbuka menyusahkan kaum feminista Brasil. Di sana, karena jumlah caleg melebihi kursi yang tersedia dalam 1 dapil, kuota non-machistanya korban manipulasi, kerap dinomor-sepatukan. Terkecuali di Peru: pemilih punya 2 suara dan hanya berdapil 1 (nasional). Meski di Eropa Barat kuota perempuan asing, tapi keterwakilan di legislatif tinggi, terutama di DPRD. Di daerah, kaum femmes gampangan ngepasin kegiatan berpolitik dengan kehidupan berkeluarga.

Di samping itu, misalnya Partai Konservatif Austria (OeVP) membantu kaum Frauennya bersurplus waktu. Contohnya menyiapkan panti asuhan anak, sehingga serasilah tugas keluarga dan kegiatan berpartai. Alhasil, masihlah ngadat kuota perempuan itu.

Walau berhasil menangkis dabrusan KPU, nasib PKPI selalu apes dan jadi menu favoritnya dewa kematian. Berposisi buruk begini, wajar kamuflasean Bang Yos: “PKPI Ibarat Ayu Ting Ting.” Bernuansa klenik Ayo Tim Tim. Biar hambar tetap bernyawa, enteng berinsiden Sydney Mei 2007 gara-gara perkara terbunuhnya 5 wartawan asing di Balibo, Timor Timur 1975.

Tentu, Bang Yos kamsia sama nomor buntut kado KPU 15. “Ini nomor hoki,” katanya. Diakurin sama Engkong Fengsui. Alasan Bang Yos: “15 Januari lalu, usia PKPI 15 (tahun), anak saya lahir tanggal 15, Busway juga diresmikan tanggal 15.” Misteriusnya, Malari 1974 meletus tanggal 15 juga. Gaibnya, partai-partai gurem yang gabung berjumlah 13. Agar bisa nongol di DPR 2014 dan lolos dari cengkraman Bethara Yamadipati, perlulah bersesajen nasi pulen dang-dangan beras senilai zakat fitrah, lauknya pindang kerbau. Jangan kerbau virgo. Itu SBY. Ntar dikira mau ngudeta.

Kalau pelit bersesajen, lirik lagu Alamat Palsu si Ayu Ting Ting akan tersihir:

Kemana kemana kemana ku harus mencari kemana;
DPR tercinta tak tahu rimbanya;
Lama tak datang ke rumah,
Dimana dimana dimana tinggalnya DPR sekarang dimana  <>


Tags: , , , ,


Share

Aksi!


Hutan Hujan Bukan Minyak Sawit



Petisi



Menyusul kami