Multikepartaian sederhana dan beri-beri

Merdeka.com, 15 November 2013

http://www.merdeka.com/khas/multikepartaian-sederhana-dan-beri-beri-kolom-sableng.html

Kolom Sableng

Reporter: Pipit Kartawidjaja

merdeka.com-logoMerdeka.com – Kata Eyang Michael Coppedge, di presidensialisme Venezuela 1973-88, sistem kepartaiannya di parlemen two-and-a-half-party system. Tergolong dwi-partai.

Di parlementerisme Jerman, pemilu Bundestag (DPR) 21/09/2013 lalu, 34 partai ikutan dan cuma 5 partai boleh melegislatif. Walau 5 partai, sistem kepartaiannya dibilang 2,8-party system. Tergolong dwi-partai.

Di parlementerisme Britania, pemilu House of Commons (DPR) 06/05/2010, yang ikutan 67 partai. Hasilnya, 11 partai melegislatif. Biar 11 partai, tapi sistem kepartaiannya dikata 2,6-party system. Tergolong dwi-partai.

Di presidensialisme Argentina, 19 partai dan 2 legislator independen yang berhak melegislatif hasil pemilu Camara de diputados (DPR) 23/10/2011. Kendati begitu, 4,2-party system adalah sistem kepartaiannya. Tergolong multikepartaian sederhana.

Di presidensialisme Brasil, dalam pemilu Camara dos Deputados (DPR) 3/10/2010, 24 partai berhak ngamara. Sistem kepartaiannya: 10,5-party system. Tergolong multikepartaian ultra.

Kontrasnya: bos partai Indonesiana yang mengaku buesaar misalnya ada njeplak, “sebaiknya 4 atau 5 partai saja yang ada di parlemen” demi penciptaan “sistem multipartai yang kecil.”

Cuma, jika impian 5 partai masuk DPR dan masing-masing partai meraup 20% kursi, maka sistem kepartaiannya adalah 5-party system, dan tergolong multikepartaian ekstrem. Dan bukan kecil seperti dikhayalkan, paling top bikin hati jadi kecil.

Sesuai wangsit para paranormal akademik, jumlah partai dalam sistem kepartaian itu bukan berdasarkan cowal-cawil jari tangan macam bos partai itu. Paranormal sistem kepartaian Eyang Giovanni Sartori membisikkan, bahwa satu partai bisa dikubukan ke dalam sistem kepartaian, jika partai itu (a) masuk ke parlemen dan (b) berpotensi buat berkuasa, berkoalisi atau menggertak (oposisi), sehingga bisa mempengaruhi kehidupan kepartaian.

Eyang Markku Lakso dan Eyang Rein Taagepera lalu memistiskan sabda Eyang Sartori menjadi ENPP (The Effective Number of Parliamentary Parties alias Jumlah Efektif Partai Parlemen) berformula satu dibagi kuadratnya jumlah (s1+ s2+s3+..si), dimana si persentase kursi partai di parlemen. Maka, maujudlah sistem kepartaian 2,5 atau 2,8 atau 4,2 atau 10,5-party system.

Produk ENPP itu, kemudiannya oleh Eyang Coppedge digaibkan menjadi: (a) dwi partai jika ber-ENPP 2 s/d kurang dari 3; (b) multikepartaian sederhana untuk ENPP 3 s/d kurang dari 5 dan (c) multikepartaian ultra buat ENPP mulai 5 ke atas.

Sesuai wangsit para Eyang tersebut, maka sistem kepartaian DPR 1999 itu multikepartaian sederhana meski dijubeli 21 partai, DPR 2004 dan 2009 multikepartaian ultra walau dihuni dikitan, yaitu 17 dan 9 partai.

Rahasianya? Ambil Inggris yang House of Commonsnya didiami oleh 11 partai, tapi sistem dwi kepartaian. Perkara itu duduk-duduk pada dominasi 2 partai yang menguasai 89% kursi. Kala DPR 1999, 56% kursi dikuasai PDI-P dan Golkar. Waktu DPR 2004, 3 parpol papan atas cuma 54% kursi. Juga DPR 2009, di mana 3 partai kakap gapermen menguasai 56% kursi. Alhasil, DPR 1999 lebih gampangan buat koalisi.

Maka, sederhananya sistem multikepartaian itu tergantung pada kelihaian partai-partai kakap meraup suara. Cuma di tanah Nusantara, partai-partai itu gembrot kosong, ngakaknya besar. Hasilnya: multikepartaian beri-beri alih-alih multikepartaian sederhana.

Mungkin akibat kutukan wukunya dan kikir slametan. PDI-P trahnya PDI itu berwuku Langkir, beraura panas dan gak bisa dijadikan tempat berlindung. Sedangkan Partai Golkar, berwuku Kulawu, kerap mendapat kesialan. Selain kursinya terus nggembos, bosnya pun Ical alias hilang. Sementara Demokrat, meski wukunya ada ciamik, diramal bakal kempes, sebab bosnya berwuku Bala, yang gak bisa memperbaiki apapun jua.

Tapi, kehadiran jibunan partai dituding sebagai penyebab. Lalu, ambang batas parlemen dijadikan obat kuat. Padahal, saran Misteri No. 552/2013, Arab Oil Super atau Nevada Oil bisa jadi alternatif. Khasiatnya: setelah dioles, langsung besar tanpa efek samping. [tts]


Tags: , , ,


Share

Aksi!


Hutan Hujan Bukan Minyak Sawit



Petisi



Menyusul kami